Sabtu, 12 Januari 2019

Akhir Puisi Rindu

Satu pesan singkat darimu malam tadi
mengusik kembali pandora di sudut hati
tentang rindu tak bertepi
tentang rasa yang kumiliki
satu pesan itu
yang mungkin tak berarti bagimu
menggoyahkan kalbu yang meragu..

Kemudian aku bertemu dengan laki-laki yang selalu ada dalam setiap puisi rinduku untuk
menyelesaiakn semuanya. Aku merasa harus meluruskan semua ini supaya aku bisa melangkah maju. Aku ingin mendapat jawaban tentang semua keraguan dan rindu yang selama ini ku rasakan. Siapa aku ini sebenarnya dimatamu?  Akhirnya tiba waktunya aku memberanikan diriku untuk bertanya kepadamu. Aku bertanya seolah-olah bercerita tentang laki-laki lain. Akhirnya aku akan mendengar perasaanmu. Kamu tidak memberi jawaban secara langsung. kamu menceritakan ceritamu dengan yang lain, tentang perasaanmu kepada yang lain, tentang bagaimana sebenarnya kamu mengharapkan mereka tapi dengan berbagai alasan kamu tidak dapat melanjutkannya. Ya, aku mendengar cerita cintamu.

Aku memang berharap kamu akan berkata bahwa kamu sudah bersama dengan yang lain, sehingga aku bisa dengan pasti menghentikan perasaan yang semakin tidak terkendali ini. Jawabanmu sudah sesuai harapanku, tapi entah kenapa aku tetap merasa itu salah. Kamu setuju bahwa aku harus memperjelas perasaanku supaya aku tidak terus menerus merasa ragu atau malah kecewa. Wah, kamu benar-benar tidak menyadari kalau laki-laki yang sedang kuceritakan itu kamu ya? Jadi aku jawab bahwa dengan mendengar jawabanmu sekarang, aku sudah tahu bagaimana sebenarnya perasaan dia, aku tidak akan menanyakannya. Kecewa? aku sedang merasakannya.

Aku seharusnya tahu bahwa aku tidak berhak merasa kecewa. Tapi kekecewaanku adalah karena beberapa tahun ini aku salah mengartikan kepedualianmu padaku. aku kecewa karena aku sudah berharap kepada orang yang bahkan melihatku pun ternyata tidak. kamu memiliki cerita romantis sendiri di luar sana ketika aku enulis puisi rindu untukmu. kamu ternyata menjalin cerita dengan yang lain ketika ku bimbang haus membuka pintu hatiku untuk yang lain.
Oh, dasar cinta bertepuk sebelah tangan!\
Oh, betapa menyedihkannya cerita ini!
Oh, ternyata pesan dan sikap manis darimu selama ini bukan apa-apa. Ya, tidak berarti apa-apa. Hanya aku saja yang menganggapnya istimewa.

Seperti inilah akhir puisi rindu yang ku tulis untuknya.



7 Desember 2018
Senja (Yang Mungkin) Terakhir Denganmu





Tidak ada komentar:

Posting Komentar