Kamis, 19 April 2018

Pandora

Ada seseorang yang tidak pernah bisa terbaca isi hati dan pikirannya. dia dekat tapi tidak terjangkau. Terlalu lelah untuk terus menyesuaikan diri dengannya.

Aku hidup dengannya seumur hidupku. dia adalah lelaki pertama yang aku jumpai di dunia ini. dia adalah laki-laki pertama dalam hidupku.


Aku selalu ingin dia memiliki banyak waktu luang dan menikmatinya. tidak tergesa gesa diburu kewajiban. Dulu aku ingin dia begitu. Ibuku adalah orang yang seharusnya dia perlakukan seperti seorang putri.

Dia adalah laki-laki yang akan terlihat sangat menyedihkan ketika sendiri. Punggungnya adalah punggung yang kelelahan karna selalu kepanasan dibawah terik. Yang manis darinya adalah dia selalu menungguku ketika pulang malam, kadang membawakan aku payung ketika hujan. Dia tidak akan makan malam sebelum memastikan aku sudah makan terlebih dahulu. sampai disini, dia terdengar baik-baik saja.

Aku tidak pernah mengeluhkan pekerjaannya. Tidak pula memaksa meminta sesuatu yang aku tahu dia tidak akan sanggup memenuhinya. aku tidak ingin dia terlihat menyedihkan di depan orang lain. Aku ingin dia menggunakan baju yang bagus, sandal baru dan memakai jam tangan favoritnya. Aku ingin memberikan apa yang bisa aku berikan kepadanya. Aku ingin memenuhi kebutuhan hidupnya. Aku ingin dia memiliki banyak waktu luang.

Tapi dia adalah pandora yang tertutup. lebih sering memberikan air mata dari pada tawa. lebih sering menyebabkan amarah daripada gembira. dia adalah salah satu dari alasan sakit ibuku, alasan dari air matanya, alasan dari amarahnya. Yang paling kusesali setelah ibu pergi adalah aku pernah menyuruhnya untuk lebih sabar mengahadapi dia. aku sangat menyesal pernah mengatakan itu. Jika saja aku tahu rasanya seperti ini, saat itu juga aku akan membawa ibuku pergi menjauh darinya.

Aku berfikir, mungkin, mungkin saja dia bersikap seperti itu karna aku terlalu perhatian pada ibu sehingga dia merasa tersisih. mungkin aku kurang perhatian padanya. Aku mencoba lebih sabar, aku berusaha lebih dewasa menghadapinya. Tapi dia adalah kotak pandora. Aku tidak tahu bagaimana cara membukanya atau megetahui isinya.

Aku benci karena kebodohanku. Aku benci ketidakmampuanku untuk membaca hatinya. aku lelah terus mencoba menggapainya. Aku muak dengan kebohongan-kebohongan yang dia buat. aku benci karena harus berfikir mungkin perhatian dia selama ini juga bohong. aku benci harus memikirkan kemungkinan kalau dia tidak pernah memikirkan aku.

ketika dia berbohong, aku selalu meyakinkan diri bahwa ini mungkin yang terakhir kali. lalu dia berbohong lagi dan aku pikir sekarang dia pasti menyesal, lalu dia ulangi lagi dan aku berfikir mungkin salahku yang kurang memberi kesejahteraan padanya. aku perbaiki. lalu dia lakukan lagi sampai sekarang usiaku sudah seperempat abad, aku merasa semua yang dia lakukan selama ini adalah kebohongan.

Tapi diatas semua itu yang aku benci adalah aku masih mengkhawatirkannya. aku benci ketika orang menyalahkannya.

Dia adalah ayahku. Tapi selamanya dia adalah pandora.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar